Sabtu, 25 Oktober 2008

POINTING rek





Peralatan

1.GPS
2.Kompas
3.Binocular
4.pigtail
5.Wireless AP 802.11a
6. Antena Grid
7. Notebook, Radio komunikasi (HT), pipa besi , klem pipa.
8. Cable tester, Crimping Tool, konektor RJ45, Kabel power roll, UTP cable.
9. Peralatan panjat, harness, carabiner, webbing.
10. Kunci pas, kunci ring, kunci inggris, tang (potong, buaya, jepit), obeng set, tie rap, isolator gel (silicon), rubber 3M, senter (flash light)
11. Software AP Manager, Orinoco Client, driver dan AP Utility Planet
Survey Lokasi
1. Tentukan koordinat letak kedudukan station, jarak udara terhadap BTS dengan GPS dan kompas pada peta
2. Perhatikan dan tandai titik potensial penghalang (obstacle) sepanjang path
3. Hitung SOM, path dan acessories loss, EIRP, freznel zone, ketinggian antena
4. Perhatikan posisi terhadap station lain, kemungkinan potensi hidden station, over shoot dan test noise serta interferensi. Perhitungkan signal multipath dan adanya cross section signal dari station lain
5. Tentukan posisi ideal tower, elevasi, panjang kabel dan alternatif seandainya ada kesulitan dalam instalasi
6. Rencanakan sejumlah alternatif metode instalasi, pemindahan posisi dan alat.

Pemasangan Konektor

1. Kuliti kabel coaxial dengan penampang melintang, spesifikasi kabel minimum adalah RG 8 9913 atau CNT400 dengan perhitungan losses 10 db setiap 30 m
2. Jangan sampai terjadi goresan berlebihan karena perambatan gelombang mikro adalah pada permukaan kabel
3. Pasang konektor dengan cermat dan memperhatikan penuh masalah kerapian
4. Solder pin ujung konektor dengan cermat dan rapi, pastikan tidak terjadi short
5. Perhatikan urutan pemasangan pin dan kuncian sehingga dudukan kabel dan konektor tidak mudah bergeser. Test kemungkinan short dengan multimeter
6. Tutup permukaan konektor dengan aluminium foil untuk mencegah kebocoran dan interferensi, posisi harus menempel pada permukaan konektor
7. Lapisi konektor dengan aluminium foil dan lapisi seluruh permukaan sambungan konektor dengan isolator TBA (biasa untuk pemasangan pipa saluran air atau kabel listrik instalasi rumah), atau isolasi 3 M. Lapisi juga dengan silicon gel
8. Tutup seluruh permukaan dengan isolator karet bakar untuk mencegah air
9. Untuk perawatan, ganti semua lapisan pelindung setiap 6 bulan sekali
10. Konektor terbaik adalah model hexa (crimp) tanpa solderan dan drat (screw) sehingga sedikit melukai permukaan kabel, yang dipasang dengan crimping tools, disertai karet bakar sebagai pelindung pengganti isolator karet.

Pembuatan POE

Ini hanya optional, kalo sekarang banyak Access Point yang sudah menggunakan POE. Jadi sudah satu paket dengan Accas Point nya.

1. Power over ethernet diperlukan untuk melakukan injeksi catu daya ke perangkat Wireless In A Box yang dipasang di atas tower, POE bermanfaat mengurangi kerugian power (losses) akibat penggunaan kabel dan konektor
2. POE menggunakan 2 pair kabel UTP yang tidak terpakai, 1 pair untuk injeksi + (positif) power dan 1 pair untuk injeksi – (negatif) power, digunakan kabel pair (sepasang) untuk menghindari penurunan daya karena kabel loss dan gunakan adaptor dengan daya (Ampere) lebih besar dari standar bawaan perangkat agar mampu mencapai redaman sepanjang kabel UTP
3. Perhatikan bahwa permasalahan paling krusial dalam pembuatan POE adalah bagaimana cara mencegah terjadinya short, karena kabel dan konektor power penampangnya kecil dan mudah bergeser atau tertarik, tetesi dengan lilin atau isolator (silicon) gel agar setiap titik sambungan terlindung dari short
4. Sebelum digunakan uji terlebih dahulu semua sambungan dengan multimeter.

Instalasi Antena

Di sini dibahas pemasangan dengan menggunakan tower triangle.

1. Panjat tower tersebut sampai di ketinggian yang di perlukan (minimal 1st freznel zone terlewati terhadap obstacle terdekat). Sebelum memanjat cek kelengkapan alat yang diperlukan untuk instalasi di atas tower, jangan sampai ada yang tertinggal, karena akan merepotkan diri sendiri maupun orang lain :) . Peralatan yang lain seperti grid, radio AP, pipa besi (stang) bisa dibawa langsung atau di tarik menggunakan tali.
4. Pasang antena di pipa besi, arahkan dengan menggunakan kompas dan GPS sesuai tempat kedudukan BTS di peta
5. Pasang kabel ke Radio AP yang sudah dimasukkan dalam box, rapikan sementara, jangan sampai berat kabel menjadi beban sambungan konektor dan mengganggu gerak pointing serta kedudukan antena
6. Perhatikan dalam memasang kabel di tower / pipa, jangan ada posisi menekuk yang potensial menjadi akumulasi air hujan, bentuk sedemikian rupa sehingga air hujan bebas jatuh ke bawah.

Instalasi Perangkat Radio

1. Instal PC Card dan Orinoco dengan benar sampai dikenali oleh OS tanpa konflik dan pastikan semua driver serta utility dapat bekerja sempurna
2. Instalasi pada OS W2K memerlukan driver terbaru dari web site dan ada di CD utility kopian, tidak diperlukan driver PCMCIA meskipun PNP W2K melakukannya justru deteksi ini menimbulkan konflik, hapus dirver ini dari Device Manager
3. Instalasi pada NT memerlukan kecermatan alokasi alamat IO, IRQ dan DMA, pada BIOS lebih baik matikan semua device (COM, LPT dll.) dan peripheral (sound card, mpeg dll.) yang tidak diperlukan
4. Semua prosedur ini bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 30 menit tidak termasuk instalasi OS, lebih dari waktu ini segera jalankan prosedur selanjutnya
5. Apabila terus menerus terjadi kesulitan instalasi, untuk sementara demi efisiensi lakukan instalasi dibawah OS Win98 / ME yang lebih mudah dan sedikit masalah
6. Pada instalasi perangkat radio jenis Wireless In A Box (Mtech, Planet, Micronet dlll.), terlebih dahulu lakukan update firmware dan utility
7. Kemudian uji coba semua fungsi yang ada (AP, Inter Building, SAI Client, SAA2, SAA Ad Hoc dll.) termasuk bridging dan IP Addressing dengan menggunakan antena helical, pastikan semua fungsi berjalan baik dan stabil
8. Pastikan bahwa perangkat Power Over Ethernet (POE) berjalan sempurna.

Pengujian Noise

1. Bila semua telah berjalan normal, install semua utility yang diperlukan dan mulai lakukan pengujian noise / interferensi, pergunakan setting default
2. Tanpa antena perhatikan apakah ada signal strenght yang tertangkap dari station lain disekitarnya, bila ada dan mencapai good (sekitar 40 % – 60 %) atau bahkan lebih, maka dipastikan station tersebut beroperasi melebihi EIRP dan potensial menimbulkan gangguan bagi station yang sedang kita bangun, pertimbangkan untuk berunding dengan operator BTS / station eksisting tersebut
3. Perhatikan berapa tingkat noise, bila mencapai lebih dari tingkat sensitifitas radio (biasanya adalah sekitar – 83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya – 100 dbm maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi, tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi noise
4. Perhitungan standar signal strenght adalah 0 % – 40 % poor, 40 % - 60 % good, 60 % - 100 % excellent, apabila signal strenght yang diterima adalah 60 % akan tetapi noisenya mencapai 20 % maka kondisinya adalah poor connection (60 % - 20 % - 40 % poor), maka sedapat mungkin signal strenght harus mencapai 80 %
5. Koneksi poor biasanya akan menghasilkan PER (packet error rate – bisa dilihat dari persentasi jumlah RTO dalam continous ping) diatas 3 % – 7 % (dilihat dari utility Planet maupun Wave Rider), good berkisar antara 1 % - 3 % dan excellent dibawah 1 %, PER antara BTS dan station client harus seimbang
6. Perhitungan yang sama bisa dipergunakan untuk memperhatikan station lawan atau BTS kita, pada prinsipnya signal strenght, tingkat noise, PER harus imbang untuk mendapatkan stabilitas koneksi yang diharapkan
7. Pertimbangkan alternatif skenario lain bila sejumlah permasalahan di atas tidak bisa diatasi, misalkan dengan memindahkan station ke tempat lain, memutar arah pointing ke BTS terdekat lainnya atau dengan metode 3 titik (repeater) dll.

Perakitan Antena

1. Antena microwave jenis grid parabolic dan loop serta yagi perlu dirakit karena terdiri dari sejumlah komponen, berbeda dengan jenis patch panel, panel sector maupun omni directional
2. Rakit antena sesuai petunjuk (manual) dan gambar konstruksi yang disertakan
3. Kencangkan semua mur dan baut termasuk konektor dan terutama reflektor
4. Perhatikan bahwa antena microwave sangat peka terhadap perubahan fokus, maka pada saat perakitan antena perhatikan sebaik-baiknya fokus reflektor terhadap horn (driven antena), sedikit perubahan fokus akan berakibat luas seperti misalnya perubahan gain (db) antena
5. Beberapa tipe antena grid parabolic memiliki batang extender yang bisa merubah letak fokus reflektor terhadap horn sehingga bisa diset gain yang diperlukan.

Pointing Antena

1. Secara umum antena dipasang dengan polarisasi horizontal
2. Arahkan antena sesuai arah yang ditunjukkan kompas dan GPS, arah ini kita anggap titik tengah arah (center beam)
3. Geser antena dengan arah yang tetap ke kanan maupun ke kiri center beam, satu per satu pada setiap tahap dengan perhitungan tidak melebihi ½ spesifikasi beam width antena untuk setiap sisi (kiri atau kanan), misalkan antena 24 db, biasanya memiliki beam width 12 derajat maka, maksimum pergeseran ke arah kiri maupun kanan center beam adalah 6 derajat
4. Beri tanda pada setiap perubahan arah dan tentukan skornya, penentuan arah terbaik dilakukan dengan cara mencari nilai average yang terbaik, parameter utama yang harus diperhatikan adalah signal strenght, noise dan stabilitas
5. Karena kebanyakan perangkat radio Wireless In A Box tidak memiliki utility grafis untuk merepresentasikan signal strenght, noise dsb (kecuali statistik dan PER) maka agar lebih praktis, untuk pointing gunakan perangkat radio standar 802.11b yang memiliki utility grafis seperti Orinoco atau gunakan Wave Rider
6. Selanjutnya bila diperlukan lakukan penyesuaian elevasi antena dengan klino meter sesuai sudut antena pada station lawan, hitung berdasarkan perhitungan kelengkungan bumi dan bandingkan dengan kontur pada peta topografi
7. Ketika arah dan elevasi terbaik yang diperkirakan telah tercapai maka apabila diperlukan dapat dilakukan pembalikan polarisasi antena dari horizontal ke vertical untuk mempersempit beam width dan meningkatkan fokus transmisi, syaratnya kedua titik mempergunakan antena yang sama (grid parabolic) dan di kedua titik polarisasi antena harus sama (artinya di sisi lawan polarisasi antena juga harus dibalik menjadi vertical)

Pengujian Koneksi Radio

1. Lakukan pengujian signal, mirip dengan pengujian noise, hanya saja pada saat ini antena dan kabel (termasuk POE) sudah dihubungkan ke perangkat radio
2. Sesuaikan channel dan nama SSID (Network Name) dengan identitas BTS / AP tujuan, demikian juga enkripsinya, apabila dipergunakan otentikasi MAC Address maka di AP harus didefinisikan terlebih dahulu MAC Address station tersebut
3. Bila menggunakan otentikasi Radius, pastikan setting telah sesuai dan cobalah terlebih dahulu mekanismenya sebelum dipasang
4. Perhatikan bahwa kebanyakan perangkat radio adalah berfungsi sebagai bridge dan bekerja berdasarkan pengenalan MAC Address, sehingga IP Address yang didefinisikan berfungsi sebagai interface utility berdasarkan protokol SNMP saja, sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam tabel routing
5. Tabel routing didefinisikan pada (PC) router dimana perangkat radio terpasang, untuk Wireless In A Box yang perangkatnya terpisah dari (PC) router, maka pada device yang menghadap ke perangkat radio masukkan pula 1 IP Address yang satu subnet dengan IP Address yang telah didefinisikan pada perangkat radio, agar utility yang dipasang di router dapat mengenali radio
6. Lakukan continuos ping untuk menguji stabilitas koneksi dan mengetahui PER
7. Bila telah stabil dan signal strenght minimum good (setelah diperhitungkan noise) maka lakukan uji troughput dengan melakukan koneksi FTP (dengan software FTP client) ke FTP server terdekat (idealnya di titik server BTS tujuan), pada kondisi ideal average troughput akan seimbang baik saat download maupun up load, maksimum troughput pada koneksi radio 1 mbps adalah sekitar 600 kbps dan per TCP connection dengan MTU maksimum 1500 bisa dicapai 40 kbps
8. Selanjutnya gunakan software mass download manager yang mendukung TCP connection secara simultan (concurrent), lakukan koneksi ke FTP server terdekat dengan harapan maksimum troughput 5 kbps per TCP connection, maka dapat diaktifkan sekitar 120 session simultan (concurrent), asumsinya 5 x 120 = 600
9. Atau dengan cara yang lebih sederhana, digunakan skala yang lebih kecil, 12 concurrent connection dengan trouhput per session 5 kbps, apa total troughput bisa mencapai 60 kbps (average) ? bila tercapai maka stabilitas koneksi sudah dapat dijamin berada pada level maksimum
10. Pada setiap tingkat pembebanan yang dilakukan bertahap, perhatikan apakah RRT ping meningkat, angka mendekati sekitar 100 ms masih dianggap wajar.

Njelasin Tentang HOTSPOT

Berbicara soal hotspot, terlebih dahulu kita harus paham apa hotspot itu? Karena masih banyak orang yang bertanya-tanya, bahkan sebagian mahasiswa ada yang belum paham soal hotspot yang kini sebenarnya sudah menjadi fenomena.

Hotspot merupakan sebuah wilayah terbatas (coverage area) yang dilayani oleh satu atau sekumpulan access point. Access point adalah sebuah signal penghubung yang mengoneksikan point satu dengan point lain. Umumnya access point digunakan tidak dimodifikasi antenanya sehingga kemampuannya memang dibatasi hanya untuk ruangan atau kawasan tertentu saja. Dan biasanya wilayah hotspot berada di tempat-tempat umum, seperti di bandara, kafe, mal, rumah sakit, stasiun KA maupun
tempat-tempat pendidikan (Onno W. Purbo: 2006).

Jadi secara sederhana, pengertian hotspot adalah zona yang memungkinkan seseorang bisa melakukan akses intenet secara nirkabel. Akses internet secara nikrabel (W-LAN) ini awalnya dikembangkan oleh para pionir akar rumput pada tahun 1985 ketika regulator telekomuniksi Amerika Serikat, FFC, mengizinkan beberapa spektrum frekuensi radio digunakan untuk membangun jaringan tanpa kabel. Sehingga lahirlah standar pertama yang dikenal dengan IEEE 802.11b dan disebut wireless fidelity (Wi-Fi). Layanan Wi-Fi (bagi orang awam dikenal sebagai layanan hotspot) ini menggunakan sinyal radio yang bergerak pada spektrum frekuensi 2,4 GHz.

Dengan demikian, adanya titik hotspot atau layanan Wi-Fi access point di beberapa tempat umum tersebut akan memudahkan Anda untuk melakukan browsing internet. Artinya, dengan banyaknya hotspot zone di tempat-tempat umum Anda tak perlu lagi sibuk mencari warung internet terdekat yang sering kali lemot dan antri. Karena cukup hanya berada di kawasan yang terdapat wilayah hotspot, kemudian daftarkan diri untuk membeli voucher guna mendapatkan ID dan Password. Setelah itu Anda bebas menjelajahi situs-situs penting, cek dan kirim email serta download gambar sekalipun melalui
notebook yang sudah supot Wi-Fi, Smartphone maupun PDA phone Anda. Seperti itulah gambaran prosesi untuk mendapatkan akses internet nirkabel yang penggunaannya harus bayar.

Berbeda dengan layanan yang bersifat gratis, biasanya kalau koneksi Wi-Fi notebook Anda sudah di-setting secara otomatis akan menangkap sinyal yang terdapat di daerah hotspot itu. Sementara di BSI, layanan Wi-Fi-nya hanya boleh digunakan mahasiswa secara gratis dengan syarat harus minta izin kepada admin guna mendapatkan ID dan password. Layanan gratis seperti ini banyak kita jumpai di lembaga-lembaga pemerintahan dan di sekolah tinggi maupun universitas dengan tujuan guna memberikan kemudahan fasilitas bagi public maupun mahasiswanya. Dengan kata lain, dengan dihadirkannya hotspot zone segala yang berhubungan dengan akademik akan lebih mudah dilakukan secara online, sehingga tidak ada alasan terlambat untuk pendaftaran ulang, mengecek kartu rencana studi (KRS untuk BSI), melihat jadual kuliah dan lainnya. Karena cukup dilakukan dari tuts notebook maupun keypad/stylus PDA phone.

Selain itu, hadirnya wilayah hotspot yang sudah merambah di dunia pendidikan memudahkan Anda bisa mengakses internet untuk memperoleh data-data penting yang berhubungan dengan mata kuliah sebagai bahan referensi untuk pengembangan pengetahuan maupun tugas dari dosen.

Soal Kecepatan
Kehadiran wilayah hotspot ini menjadi perhatian besar karena memang bisa memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi user. Salah satu manfaatnya dari segi kecepatan adalah proses pengiriman datanya cukup mengagumkan sampai mencapai kurang lebih 11 Mbps (pada 802.11b) atau sekitar 200 kali lebih cepat dari dial up modem dan 5 kali lebih cepat dari kecepatan telepon seluler 3G. (Meski pada kenyataannya saat Anda mencoba akses internet nirkabel, kecepatannya tidak seperti yang dijelaskan di atas. Karena memang banyak faktor yang bisa ikut memperlambat kinerja layanan Wi-Fi access point/hotspot tersebut. Jadi perlu dimaklumi).

Maka dengan penggunaan yang simpel serta memiliki kecepatan yang mengagumkan, teknologi nirkabel ini akan sangat ideal untuk keperluan Anda yang mobilitasnya tinggi. Sehingga di mana saja Anda butuh terhubung ke internet cukup datang ke tempat-tempat yang terdapat wilayah hotspot. Tak terkecuali buat mahasiswa yang sedang sibuk mengerjakan tugas kampus maupun tugas akhir (skripsi, tesis maupun desertasi) bisa dikerjakan di mana saja, baik di kafe maupun hotel sekalipun.

Namun di sisi lain, kemudahan dan kecepatan tranportasi data yang diberikan oleh layanan akses Wi-Fi tersebut ternyata tidak lepas dari gangguan yang cukup mengancam. Karena para hacker bisa menyusup melalui layanan ini ke notebook, Smartphone maupun PDA phone Anda. Jadi ini penting diperhatikan oleh user agar lebih hati-hati ketika berselancar di dunia maya, sebab kita tidak tahu bahwa sebenarnya setiap saat ada yang mengintai jaringan Anda untuk mengacak data-data penting. Pengalaman buruk ini sudah terbukti melalui percobaan oleh para ahli IT pendahulu. Jadi Anda harus menyiapkan pengamanan diri setiap saat (seperti firewall) agar ketika akses internet terbebas dari penjahat-penjahat dunia maya.

Terlepas dari gangguan keamanan itu, era akses internet di mana-mana memang sudah di depan mata sejak ditemukannya akses internet berpita lebar nirkabel berbasis Wi-Fi, sentra-sentra akses alias hotspot yang kini bertebaran di berbagai tempat publik. Oleh karena itu, para mahasiswa harus memanfaatkan teknologi canggih berbasis internet ini guna mendukung belajar mengajarnya agar di kemudian hari setelah lulus tidak gagap teknologi.

Sebab ada kasus menarik sekaligus mengecewakan di kampus BSI ini. Dimana ketika Inspirasi terjun langsung ke kampus Depok sekitar dua bulan yang lalu dan mewawancarai seratus mahasiswa dari berbagai jurusan, ternyata hanya 0,3 persen mereka yang tahu hotspot, selebihnya tidak. Ini menimbulkan banyak pertanyaan, mengapa kampus yang sudah menjalankan cyber campus sejak lama dan segala transaksi yang berhubungan dengan kademiknya telah menggunakan akses internet masih terjadi seperti ini? Apakah ini bukti ketidakberhasilan kaum akademika dalam mentransformasikan pengetahuan pada anak didiknya, kurang sosialisasi atau memang mahasiswanya sendiri yang tidak proaktif untuk banyak tahu tentang perkembangan teknologi? Padahal hampir semua kampus besar BSI sudah dilengkapi dengan Wi-Fi access point (hotspot zone). Oleh karenanya, mari pertanyaan di atas jawab bersama dengan cara sosialisasi yang baik, entah melalui organisasi-organisasi kampus, pihak senat akademika sendiri maupun lewat pamflet-pamfle

 
Design by Wordpress Themes | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons